Pedet merupakan cikal bakal induk. Bila tidak dipelihara dengan baik tentu pada akhirnya indukan yang dihasilkan memiliki kualitas yang kurang bagus. Penyakit yang sering dialami pedet yaitu diare dan kembung (timpani/bloat).
Diare (Mencret)
Diare sering menyerang pedet. Diare merupakan sebuah kata umum yang digunakan untuk menggambarkan keadaan sapi yang mengalami sakit mencret. Diare pada ternak khususnya sapi bukan merupakan sebuah penyakit, tapi lebih merupakan tanda atau gejala klinis dari sebuah penyakit yang lebih komplek yang bisa disebabkan oleh berbagai hal. Diare pada ternak, seperti pada manusia, dapat terjadi ketika pergerakan cairan tubuh dalam sistem pencernaan mengalami gangguan. Biasanya selalu berakibat kehilangan cairan atau dehidrasi. Cairan tubuh yang keluar ini juga membawa garam-garam mineral atau elektrolit. Kehilangan cairan ini akan merubah keseimbangan kimiawi tubuh, yang pada akhirnya akan menimbulkan stress dan depresi dan dapat berujung pada kematian. Rehidrasi, sebuah terapi pada ternak dengan memberikan air dan suplemen elektrolit yang dapat membantu meredakan efek diare dan memulihkan keseimbangan tersebut. Secara umum, diare dibagi dua kategori, diare yang dibebabkan oleh ketidakseimbangan nutrisi (non-infeksius) dan diare yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme.
Diare non infeksius biasanya disebabkan oleh perubahan (yang mendadak) dari program pemberian pakan. Bisa terjadi ketika pedet yang asalnya mengkonsumsi susu sebagai satu satunya sumber nutrisi, tumbuh dewasa dan mulai makan serat kasar atau hijauan sebagai suplemen. Atau bisa juga terjadi ketika pemberian susu buatan (CMR - Calf Milk Replacement) tidak sesuai takaran, terlalu dingin atau bahkan basi. Meskipun seringkali tidak sangat berbahaya dan tidak sampai menyebabkan kematian, diare non-infeksi ini (terutama pada sapi muda/pedet) dapat dengan cepat melemahkan tubuh yang pada gilirannya dapat menyebabkan ternak rentan terkena diare infeksi atau penyakit lain yang lebih parah.
Diare jenis ini merupakan masalah terbesar terutama pada sapi pedet. Bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau protozoa. Oleh sebab itu, identifikasi terhadap sumber penyebab diare merupakan sebuah langkah penting dalam membuat program pencegahan diare.
Infeksi bakteri
Bakteri ini menghasilkan semacam protein yang bersifat racun yang dapat menganggu dinding usus. Ternak memberi reaksi terhadap racun ini dengan memompa air dalam jumlah banyak ke dalam usus dengan tujuan untuk membilas atau menyiram racun ini. Beberapa bakteri yang bertanggung jawab terhadap infeksi ini adalah berasal dari jenis E. coli, Salmonella, dan Clostridium.
Infeksi Virus
Virus menyerang lapisan penyerapan. Virus masuk kedalam sel dan menggunakan bahan bahan sel tersebut untuk reproduksinya. Ketika sel yang menjadi tempat berkembang biak penuh oleh virus, sel tersebut pecah dan mengeluarkan virus-virus baru untuk menyerang sel lain lebih banyak. Infeksi yang disebabkan virus menyebabkan pedet menjadi lebih rentan terhadap serangan infeksi bakteri lain. Rotavirus dan Coronavirus memiliki cara kerja yang sama dan merupakan “tertuduh” utama pada kasus diare pada pedet. Kedua organisme tersebut banyak terdapat pada sapi dewasa dan paparan pada sapi sapi muda menjadi sangat umum. Gejala yang ditimbulkan adalah mencret parah, hampir tidak ada demam, depresi dan dehidrasi hebat. Seringkali terjadi pengeluaran saliva (air liur) dan sering mengejan. Biasanya terjadi sampai pada 10 - 14 hari sejak kelahiran, khususnya 10 hari pertama. Pada kasus ini antibiotik tidak efektif terhadap virus, tapi dapat membantu melawan infeksi bakterinya.
Infeksi Protozoa
Organisme (Coccidia & Cryptosporidia) ini masuk kedalam tubuh melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan dapat hidup dalam kondisi dormant (suri) di tanah dan kotoran ternak selama 1 tahun. Ketika sampai di dalam usus, telur (oocyst) dari protozoa ini menetas dan berkembang biak. Menempel dan masuk ke dalam jaringan sel pada lapisan usus, menghambat pencernaan dan penyerapan makanan. Gejala infeksi subklinis kronis tidak begitu jelas, biasanya ternak menderita dan mengurangi konsumsi pakan sehingga pertumbuhan terhambat. Infeksi akut menyebabkan diare (terkadang disertai darah), depresi, kehilangan berat badan dan dehidrasi. Tapi biasanya pedet tetap makan. Coccidia memiliki siklus hidup 21 hari. Sehingga pada pedet usia dibawah itu (18 - 19 hari) jarang yang terinfeksi. Cryptosporidia biasanya ditemukan pada pedet usia 7 - 21 hari. Secara umum menginfeksi bersama rotavirus, coronavirus dan E. coli.
Karena masalah utama dari pedet yang diare adalah kehilangan cairan, maka tindakan terhadap pasien yang pertama harus ditujukan untuk memperbaiki kembali keseimbangan cairan tubuh. Selanjutnya adalah tindakan pemberian antibiotik dan perawatan yang baik. Cairan (dalam hal ini air) sangat penting, tapi harap di ingat, selain cairan, diare juga menghilangkan garam garam elektrolit. Dan tanpa elektrolit dalam proporsi yang seimbang, cairan saja tidak dapat diserap tubuh. Sekitar 70% dari bagian tubuh pedet terdiri dari air. Tanda tanda klinis dehidrasi biasanya mulai terjadi saat 5 - 6 persen cairan tubuh hilang. 10 persen kehilangan cairan berakibat depresi, mata sayu, kulit kering dan sangat mungkin pedet tidak bisa berdiri. Pada 15 persen, biasanya berakibat kematian. Konsultasikan dengan dokter atau mantri hewan mengenai elektrolit yang dapat diberikan secara oral. Apabila cairan elektrolit tidak tersedia, kita dapat membuat sendiri. Cara membuatnya pun cukup mudah yaitu :
3 kotak kecil kaldu sapi instan atau bisa juga menggunakan 1 sachet kaldu sapi.
1 sachet agar agar bubuk, merek burung camar
2 sendok garam
2 sendok soda kue/baking soda/sodium bicarbonate/NaHCO3
Campurkan bahan diatas dengan air hangat hingga mencapai 2 liter. Berikan perlahan lahan, 1 liter larutan elektrolit ini setiap 3 - 4 jam. Jangan dulu berikan susu, minimal 24 jam setelah pemberian elektrolit, karena susu merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri E. coli. Apabila pedet sudah bisa minum dari dalam ember (sebaiknya diajarkan sedini mungkin), biarkan pedet meminumnya, tapi awasi jangan sampai terlalu cepat. Bila tidak, buatlah botol dot dengan cara membuat dari botol air mineral kemasan 1 liter. Beri selang yang dimampatkan di ujungnya. Beri lubang sedikit agar cairan dapat keluar perlahan lahan.
Secara umum, selain kehilangan cairan, kondisi diare menyebabkan sistem pencernaan menjadi asam. Oleh karena itu, selain terapi cairan dan elektrolit, perlu juga diberikan larutan suspense alkali. Yang dalam resep diatas berupa soda kue. Bila tidak tersedia, kiranya 2 liter air hangat ditambah 2 sendok makan garam pun dapat membantu. Selain resep diatas, ada beberapa resep lain yang dipercaya masyarakat dapat digunakan untuk menangkal diare pada sapi, baik sapi pedet maupun sapi dewasa.
Efektif jika diberikan daun sirsak, daun pisang atau campuran 10 cc getah pepaya dengan 100 cc air. Ada juga yang mempercayai bahwa daun nangka bisa berkhasiat menghentikan diare. Perlu di ingat bahwa tindakan tindakan ini hanya untuk membantu meredakan diare, bukan untuk mengobati infeksi (bila ada) yang terjadi. Konsultasikan selalu dengan dokter atau mantri hewan untuk tindakan selanjutnya atau perawatan antibiotik.
2. Kembung (Timpani/bloat)
Selain diare, penyakit kembung merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia terutama sapi dan domba. Meskipun terlihat sepele, sebaiknya kita selalu waspada, karena pada kasus yang berat dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak. Ada beberapa jenis kembung, namun yang akan lebih banyak diungkap disini adalah kembung pada perut rumen (rumen bloat) yang umum menyerang pedet. Beberapa gejala yang tampak ketika ternak mengalami kembung yaitu:
Perut bagian kiri atas membesar dan cukup keras, bila ditepuk akan terasa ada udara dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong, persis ketika kita merasa kembung.
Ternak merasa tidak nyaman, menghentakkan kaki atau berusaha mengais-ais perutnya.
Ternak sulit bernafas atau bernafas melalui mulut.
Sering berkemih/kencing,mengejan.
Pada kasus yang berat akhirnya tidak dapat berdiri dan mati.
Perut menjadi tegang.
Anus menonjol.
Nafas ngos-ngosan.
lidah kebiruan.
Meskipun sudah melakukan langkah-langkah pencegahan, bloat masih dapat terjadi. Memanggil dokter atau mantri hewan merupakan tindakan yang dianjurkan. Namun hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena berbagai keterbatasan.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh peternak baik secara tradisional maupun medis modern untuk mengobati kembung diantaranya adalah:
1. Ganti menu hijauan segar dengan daun kering/hay. Hal ini akan membantu pada bloat ringan. Membawa ternak berjalan jalan juga dapat membantu. Terutama bagi pedet yang baru berlatih memakan hijauan.
2. Bila masih berlanjut, berikan anti foam. Secara tradisional berupa minyak nabati atau lemak. Minyak bertugas sebagai pengurai buih. Berikan BAKAZHA OIL sebanyak 300 ml segera setelah bloat terdeteksi. Susu murni sebanyak 1 liter juga dapat dijadikan alternatif untuk membuyarkan buih. Obat modern anti foam untuk mengobati timpani juga tersedia dalam berbagai merek, dapat diperoleh di toko-toko obat hewan.
3.Dengan menggunakan selang (ukuran ¾” sampai 1” diameter) sepanjang 2 – 3 meter yang dilumuri dengan minyak, dimasukkan melalui mulut melalui esophageal sampai mencapai rumen untuk membantu mengeluarkan gas dari dalam rumen. Selang ini sering disebut selang esophagus/stomach tube. Cara ini terkadang berhasil namun cukup berbahaya karena dapat menganggu bagian dalam ternak. Sebaiknya mintakan saran pada dokter hewan atau latihan dahulu sebelum bloat terjadi.
4.Apabila cara diatas tidak terlihat manjur dan kondisi ternak sudah tidak bisa berdiri sementara dokter hewan belum datang, kita harus melepaskan tekanan gas dengan paksa dengan cara melubangi dinding perut sapi. Bisa dengan menggunakan trokar (semacam penusuk, mirip paku tapi lebih besar) yang ditusukkan pada perut kiri atas, di belakang tulang rusuk. Gas yang terjebak dapat keluar melalui lubang tersebut. Apabila trokar tidak tersedia, sembarang alat yang tajam sepeti jarum suntik, jarum besar atau paku dan pisau bisa juga digunakan untuk membuat lubang sedalam kira-kira 2,5cm. Setelah ditusukkan, pisau jangan dicabut, tapi diputar miring sehingga gas bisa keluar. Namun demikian tindakan ini sebaiknya dipandang sebagai cara terakhir, karena bila salah dapat merobek rumen. Apabila ini terjadi dokter harus melakukan jahitan dan memberikan antibiotik untuk menghindari infeksi.
5. Selain cara di atas terdapat beberapa alternative pengobatan lain, yaitu poloxalene 100- 200 gram, pil kembung 2 - 4 butir.
Beberapa pendapat peternak tentang cara pengobatan kembung secara tradisional adalah
• Beberapa peternak mengklaim dengan memberikan air soda (sprite) 1 – 2 botol dapat membantu. Bila ditelusuri, soda dapat memudahkan sendawa. Namun demikian perlu diteliti lebih lanjut, jangan sampai kandungan gas (karbondioksida) pada soda malah terjebak dan memperparah bloat.
• Pemberian daun nangka muda dapat mengobati sakit perut. Peternak juga suka memberikan daun nangka ini pada ternak yang mengalami bloat.
• Memberikan air kelapa muda. Air kelapa mengandung mikroorganisme probiotik, sehingga kemungkinan dapat membantu.
• Memasukkan pelepah atau daun pepaya pada anus ternak yang mengalami bloat. Pepaya mengandung pektin yang sering digunakan sebagai obat diare.
Beberapa resep tradisional lain untuk mengobati bloat yang dapat ditemukan antara lain:
Daun kentut atau sembukan 3 genggam dan bawang merah 20 buah. Parut halus daun kentut dan haluskan bawang merah. Campur kedua bahan dan tambahkan garam. Campur air dalam botol dan minumkan. Dosis untuk satu ekor sapi dewasa. Sapi pedet diberikan separoh.
Getah pepaya 2 sendok makan. Garam dapur 1 sendok makan. Campurkan secara merata dan tambah air dalam botol air mineral kemudian diminumkan. Dosis untuk satu ekor sapi pedet.
Secara umum pengendalian penyakit yang paling baik adalah menjaga kesehatan sapi pedet dengan tindakan pencegahan, antara lain:
• Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan.
• Sapi yang sakit dipisahkan dari sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
• Mengusakan lantai kandang selalu kering.
• Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai
petunjuk.
Daftar Pustaka
Muharlien, Tri Eko Susilorini, dan Manik Eirry Sawitri. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Jakarta. Penebar Swadaya.
Sudarmono, A S dan Y Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong: Pemeliharaan, Perbaikan Produksi Bisnis, Analisis Penggemukan. Jakarta. Penebar Swadaya.
Trinur Hayati. 2006. Pakan Nutrisi Hewan. Power Point.
Artikel asli Bumi Peternakan Wahyu Utama
drh. Ike Yuniarni dan Sugeng Berenergy S.Farm Apt