Pengolahan Pakan Ternak dengan SILASE KOMPLIT* dalam Upaya Penyediaan Bahan Pakan di Musim Kemarau
Oleh Drh M. Fakhrul Ulum dengan beberapa perubahan yang sesuai.
* diadopsi dari Sofyan dan Febrisiantosa, 2007 peneliti UPT. BPPTK – LIPI, Yogyakarta
“SILASE KOMPLIT” sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pakan Ternak
Problematika umum usaha peternakan di negara-negara tropis seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan dan kelembaban udara yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak langsung pada sistem metabolisme dan termoregulasi pada tubuh ternak. Lingkungan yang relatif panas menyebabkan sebagian ternak akan enggan makan sehingga secara kuantitas asupan zat makanan (nutrient) yang masuk dalam tubuh juga kurang. Padahal, asupan nutrient ini berperan penting untuk mencukupi kebutuhan pokok (maintenance), perkembangan tubuh dan untuk kebutuhan bereproduksi. Implikasi dari kondisi asupan gizi ternak yang kurang, tak jarang dijumpai ternak dengan pertambahan berat hidup (average daily gain/ADG) yang masih sangat jauh dari hasil yang diharapkan baik di tingkat peternakan rakyat maupun industri.
Faktor kuantitas dan kualitas pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan karena hampir 2/3 biaya produksi berasal dari pakan. Oleh karena itu, perhatian terhadap asupan zat makanan ke ternak akan sangat menentukan keberhasilan budidaya peternakan.
Ada 2 masalah utama yang menyebabkan pakan ternak khususnya pakan ternak ruminansia yang diberikan tidak memenuhi kecukupan jumlah dan asupan nutrient. Diantaranya adalah:
1. Bahan pakan pada umumnya berasal dari limbah pertanian yang rendah kadar protein kasarnya dan tinggi serat kasarnya. Tingginya kadar serat ini yang umumnya didominasi komponen lignoselulosa (karbohidrat komplek) yang sulit dicerna.
2. Ketersedian pakan yang tidak kontinyu. Ini dikarenakan langkanya bahan pakan terutama di musim kemarau. Untuk mengatasi masalah tersebut berbagai terobosan telah dilakukan. Untuk meningkatkan nilai gizi dari pakan ternak yang umum dilakukan adalah dengan memebuat menjadi hijauan kering (hay), penambahan urea (amoniasi) dan awetan hijauan (silase). Pengolahan bahan pakan dengan pengeringan sangat tergantung dengan musim/panas matahari sedangkan pengolahan dengan amoniasi (penambahan urea) acapkali terjadi kausus toksikasi karena tingginya amonia. Teknologi yang sekarang berkembang adalah pembuatan pakan tidak hanya sekedar awet (silase) tapi juga kadar nutrient sesuai dengan kebutuhan gizi ternak.
Kenapa dibuat SILASE KOMPLIT?
Hal ini dikarenakan sebagian besar pakan sapi mengandung serat yang tinggi, sehingga perlu teknologi pengolahan agar nilai kecernaannya maningkat. Salah satu pengolahan yang bisa dilakukan adalah dalam bentuk silase. Silase merupakan hijauan yang diawetkan dengan cara fermentasi dalam kondisi kadar air yang tinggi (40-80 persen). Keunggulan pakan yang dibuat silase adalah pakan awet (tahan lama), tidak memerlukan proses pengeringan, meminimalkan kerusakan zat makanan/gizi akibat pemanasan serta mengandung asam-asam organik yang berfungsi menjaga keseimbangan populasi mikroorganisme pada rumen (perut) sapi.
Konsep teknologi silase yang dikembangkan selama ini masih bersifat silase tunggal (single silage) dan proses pembuatannya dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Dalam praktek di lapangan, konsep silase ini cukup terkendala karena selain meminta tempat simpan (pemeraman) yang cukup vakum juga silase yang dihasilkan jika diberikan ke ternak hanya memenuhi 30-40 persen kebutuhan nutrisi ternak.
Keunggulan SILASE KOMPLIT
Berbeda dengan silase tunggal, silase komplit memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah:
1) Lebih mudah dalam pembuatannya karena tidak perlu memerlukan tempat pemeraman yang an-aerob, cukup dengan semi aerob.
2) Kandungan gizi yang dihasilkan juga lebih tinggi, dapat memenuhi 70-90 persen kebutuhan gizi ternak sapi.
3) Memiliki sifat organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai ternak (palatable).
Teknik Pembuatan SILASE KOMPLIT
Prinsip pembuatan pakan komplit dalam bentuk silase ini seperti proses fermentasi pada umumnya. Setelah bahan disiapkan dan dicampur, selanjutnya diperam selama beberapa minggu dalam wadah yang tertutup rapat (anaerob). Teknik pembuatan silase komplit yaitu:
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari 3 kelompok bahan yakni:
1) Kelompok bahan pakan hijauan
Bahan pakan hijauan disini dapat berupa bahan pakan dari hijauan makanan ternak (HMT) seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput kolonjono (Panicum muticum), Tanaman Jagung (Zea mays) dan rumput-rumput lainnya. Selain dari HMT, limbah-limbah dari sisa panen seperti jermai padi, jerami kedelai juga dapat digunakan. Bahan pakan ini sebagai sember serat utama.
2) Kelompok bahan pakan konsentrat
Kelompok bahan pakan konsentrat dapat berupa dedak padi/bekatul, onggok (ampas tapioka), ampas sagu, ampas tahu dan lain-lain. Bahan pakan konsentrat ini selain untuk memperbaiki kandungan nutrisi dari pakan yang dihasilkan juga berfungsi sebagai substrat penopang proses fermentasi (ensilase).
3) Kelompok bahan pakan aditif.
Kelompok ketiga adalah bahan-bahan aditif. Bahan aditif disini dapat terdiri dari campuran urea, mineral, tetes dan lain-lain.
B. Rasio Bahan
Rasio dari ketiga kelompok bahan tadi dapat mengacu pada formula 7:2:1 atau 6:3:1 berturut-turut untuk Hijauan : Konsentrat : Aditif yang didasarkan pada persentase berat.
C. Pencampuran
Pencampuran dilakukan dengan urutan komponen bahan aditif dicampur dulu dengan konsentrat hingga merata selanjutnya dicampurkan ke hijauan. Jika kondisi hijauan atau limbah petanian agak kering maka diperlukan tambahan air sehingga kadar air campuran mencapai + 40 persen.
Masukkan bahan silase kedalam drum yang telah dilapisi plastik tebal. Tutup dan tekan dengan kuat atau diinjak-injak agar udara didalam keluar. Kemudian ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak ada udara masuk ke dalam, serta jangan sampai bocor. Tutup drum rapat-rapat dengan penutupnya.
D. Pengeraman
Setelah semua bahan dimasukkan dan tertutup rapat dalam drum kemudian dieramkan dengan disimpan selama 3 minggu (21 hari). Silase dapat dibuka (dipanen) untuk diberikan langsung kepada ternak. Apabila silase yang dinuat tidak langsung diberikan pada ternak, silase jangan dibuka. Silase harus disimpan dalam kondisi tertutup dan dapat disimpan hingga 4 – 8 bulan.
E. Pemberian Pakan Pada Ternak
Pada waktu pemberian kepada ternak jangan sering dibuka-tutup, dalam 1 hari cuma boleh dibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dan sore dikeluarkan sekaligus) sebab kalau sering dibuka tutup kualitas silase akan cepat rusak. Apabila sapi belum terbiasa makan silase, silase diberikan sedikit demi sedikit dengan cara dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa dapat seluruhnya diberikan silase sesuai dengan kebutuhan.
Penyediaan Pakan saat Musim Kemarau
Pembuatan silase komplit dapat dijadikan salah satu cara untuk mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau sekaligus memperbaiki kualitas gizi pakan ternak. Pada kondisi hijauan melimpah di musim penghujan, bahan pakan hijauan baik berupa HMT maupun sisa tanaman pangan diperam dengan penambahan bahan konsentrat akan dapat tahan sampai 4-8 bulan. Persediaan pakan ini bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan ternak saat musim kemarau. Dengan demikian menerapkan teknologi ini dapat memberikan solusi pemenuhan pakan di musim kemarau sekaligus dapat mempertahankan kualitas asupan gizi untuk ternak.
Referensi
Annonimous. 2008. Teknologi, Alat dan Mesin Peternakan. Modul Diklat Teknis Substantif Peternakan Tingkat Dasar. Teknologi Peternakan dan Alsin. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat
Anonimous. 2001. Pengawetan Hijauan Untuk Pakan Ternak (Silase). Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. JICA Japan. Jawa Barat.
Sofyan A. dan Febrisiantosa A. 2007. Pakan Ternak dengan Silase Komplit. UPT. BPPTK – LIPI, Yogyakarta. Sumber: Majalah INOVASI Edisi 5 Desember 2007.