Top dan Unik
Kantor Wahyu Utama Telepon. Email bumipeternakanwahyuutama@gmail.com .
HANYA MELAYANI MELALUI EMAIL
Selamat Datang
Jika kamu mau update berita selanjutnya ,kamu bisa berlangganan gratis blog ini silakan klik link
Bumi Peternakan !

Cari Artikel

29 September 2012

Surat Perjanjian Kerja Sama

contoh surat perjanjian kemitraan sapi potong akan diupload tgl 23 oktober 2012
Read More..

14 September 2012

DAHLAN ISKAN BICARA SOAL TERNAK SAPI INDONESIA


Gebrakan Dahlan Iskan tidak hanya berhenti di sektor energi Listrik, polemik Impor Gula dan Jalan Tol, tetapi ternyata merangsek masuk juga di sektor peternakan. Ketika berkunjung di Yogyakarta menjadi pembicara pada sebuah seminar “Pemimpin Muda Belajar Merawat Indonesia” yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum UGM Yogyakarta, 29 Maret 2012, sedikit menyinggung masalah pembangunan sektor pertanian termasuk subsektor peternakan.
Meski hanya sekilas namun nampaknya menteri yang penuh dengan kejutan dan gebrakan ini, begitu memahami benar akan basis kuat Negara Indonesia adalah harus bertumpu pada bidang agraris. Ia mencontohkan di negeri Cina yang dikenal dengan pertumbuhan ekonominya tertinggi di dunia, bahwa petani begitu diperhatikan kesejahteraannya. Meskipun lahan pertanian yang digarap oleh petani di Cina hanya merupakan pinjaman dari Negara, dan petani hanya sebagai penggarap, namun toh jauh dari sejahtera di banding dengan petani Indonesia.
Indonesia memang tidak menganut paham sosialisme yang menguasai tanah dan hasil tambang oleh Negara, namun jika menilik dan merujuk kepada pasal 33 UUD 1945 (Amandemen) bahwa semang­at untuk mensejahterakan warga Negara juga nyaris mirip sekali. Pada pokok substansinya amanat Konstitusi Indonesia, bahwa tanah dan hasil bumi yang berada di dalamnya di kelola oleh Negara untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
Berbicara tentang basis kuat dan tumpuan pembangunan Indonesia, yang seharusnya dipilih menurut mantan pimpinan perusahaan raksasa media Jawapos Grup ini, tiada lain memang bidang pertanian. Untuk itu, Dahlan merasa sangat heran sekali kenapa Indonesia harus impor daging dan ternak sapi, jika potensi dan sumber daya alam yang ada sebenarnya mampu dioptimalkan.
Ia pertama menggebrak perusahaan bibit padi PT Sang Hyang Sri untuk meningkatkan produksi bibit dan kualitasnya. Kemudian dilanjutkan dengan merevitalisasi PT Berdikari. Seperti kita ketahui, bahwa perusahaan itu didirikan sebenarnya untuk mengembangkan peternakan sapi di Indonesia. Namun justru kini lebih banyak bergerak di usaha me­bel dan pariwisata. Akhirnya ujar Dahlan di depan peserta seminar, ia perintahkan menutup usaha yang tidak terkait dengan misi dan tujuan didirikannya Perusahaan itu, dan kini kembali beralih ke sektor peternakan sapi.
Menurut Dahlan, sangat tidak masuk akal jika keluhan ketersediaan pakan untuk ternak sapi di Indonesia tidak mencukupi. Sebab perusahaan perkebunan Negara yaitu PTP misalnya, banyak tersedia lahan kosong yang infrastrukturnya sudah tersedia dengan baik. Akan tetapi lahan sela yang kosong itu tidak dimanfaatkan, bahkan limbah perkebunan sawit, kopi, teh dan nanas, serta cengkeh belum dimanfaatkan  secara optimal.
Maka PT Berdikari kini menurut Dahlan, harus fokus dan serius menggarap usaha peternakan sapi. Untuk tahun 2012 ini Dahlan menugaskan kepada PT Berdikari agar mampu memasok 100.000 ekor sapi bagi kepentingan domestik. Impor daging dan ternak sapi harus segera di akhiri, jelas Dahlan. Kemudian tahun 2013 mendatang menurutnya target nya 250.000 ekor sapi.
Menurut Dahlan, keluhan tiadanya infrastruktur bagi pengembangan ternak sapi di kawasan PTP pada saat ini sudah tidak pantas dikeluhkan oleh para investor plat merah maupun swasta, khususnya BUMN yang bertugas di sektor pertanian.
Dahlan menjelaskan bahwa kawasan perkebunan yang dikelola oleh Negara (misalnya PTP) umumnya adalah peninggalan kolonial Belanda dan sebagian kecil hasil pembangunan bangsa Indonesia pasca merdeka, merupakan kawasan yang sudah sangat mapan kesediaan infrastrukturnya. Mulai dari jalan raya yang relatif panjang dan memadai menuju kota pelabuhan, jaringan irigasi yang tersedia sudah tertata representatif serta tersedianya pasokan energi listrik yang mandiri. Selain itu sebagai kota satelit, kawasan perkebunan selalu melimpah tersedia tenaga kerja yang handal dan juga tersedianya lahan maupun limbah perkebunan untuk ternak sapi.
Hanya sayangnya memang paparan sepintas namun cukup mendalam itu, tidak mendapat tanggapan dari peserta yang sebagian besar adalah civitas akademika fakultas hukum. Maka menjadi menarik jika ASOHI, GOPAN atau ISPI maupun PDHI mengagendakan sebuah pertemuan khusus yang membahas masalah pembangunan peternakan dengan menteri yang memang konsern terhadap potensi domestik. Alangkah kecewanya jika kemauan mulia dan ide Dahlan ini tidak mendapat sambutan dari para pelaku usaha peternakan dalam negeri.
Momentum menarik ini memang harus segera direspon oleh organisasi profesi peternakan dan para pelaku usahanya. Kita patut menunggu siapa yang lebih dahulu memulai ! Apakah ASOHI memulai lebih dahulu? Atau malah ISPI dan PPSKI? (iyo)
Read More..

11 September 2012

Kekeringan, Sapi-sapi di Majene Terancam Mati


MAJENE, KOMPAS.com - Dampak kemarau panjang yang melanda di Majene, Sulawesi Barat, sejak empat bulan terakhir, tidak hanya menyebabkan warga kesulitan mendapatkan air bersih, tapi juga, ribuan ternak tradisonal yang dilepas bebas di alam terbuka kini terancam mati kelaparan karena kekurangan air dan rumput yang mengering.

Di Kelurahan Tande Timur misalnya, ratusan ternak milik warga terancam kelaparan lantaran kesulitan mendapatkan air dan sumber makanan berupa rumput. Salah satu peternak setempat, Kasman, Selasa (11/9/2012) mengaku terpaksa mencari dedaunan pohon termasuk daun kelapa ke berbagai lokasi, agar belasan ternak miliknya bisa makan yang cukup.

Para peternak di wilyah ini pun tak mampu membeli pakan ternak, karena jumlah ternak yang dimiliki terbilang banyak. Masing-masing peternak rata-rata mempunyai lebih dari 10 sapi. Dengan begitu, mereka tentu terkendala dana jika harus membeli pakan ternak.

Kini, Kasman --dan tentunya para peternak lain di wilayah ini, hanya bisa berharap agar kemarau panjang segera berakhir. Jika hujan turun, sapi-sapi mereka akan bisa mendapatkan air, serta rumput rumput segar akan tumbuh sebagai santapan sapi.
Editor :
Glori K. Wadrianto

Read More..

Sapi Betina Produktif Diluar Keluar Lampung

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com- 
Pemerintah Provinsi Lampung melarang peternak untuk mengeluarkan sapi betina produktif dari wilayah Lampung, apalagi memotongnya. "Kebijakan kami mengatur bahwa sapi yang bisa dibawa keluar (untuk dipotong) adalah sapi-sapi jantan. Hal ini untuk mengantisipasi agar stok lumbung (sapi) tidak berkurang di Lampung," ujar Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Lampung Arinal Junaidi, Senin (10/9/2012).
Ia mengatakan, Lampung adalah salah satu lumbung ternak, khususnya sapi, terbesar di Indonesia. Populasi sapi di Lampung saat ini mencapai 749.000 ekor. "Sebanyak 30 persen kebutuhan daging warga DKI (Jakarta) diambil dari pasokan sapi di Lampung. Stok sapi di Lampung juga untuk menutupi kebutuhan warga di daerah Sumatera lainnya," ujar dia.
Meskipun demikian, Lampung saat ini masih mengimpor banyak sapi, baik untuk bibit maupun bakalan. Impor ini terutama dilakukan oleh perusahaan-perusahaan penggemukan sapi (feedlot). Ada tujuhfeedlot di Lampung saat ini. "Ini (impor) dilakukan untuk mensubstitusi karena kelangkaan bibit lokal. Jika dibatasi dan dipersulit, Lampung akan kehilangan fungsi sebagai lumbung ternak," ujarnya.
Editor :
Marcus Suprihadi

Read More..

8 September 2012

Harga Sapi Naik Jelang Idul Adha


PROBOLINGGO - Sekitar satu setengah bulan menjelang Idul Adha, harga sapi potong terus naik sekitar Rp 2 juta/ekor. Kenaikan itu diduga karena sebagian peternak dan pedagang sengaja ‘menyimpan’ sapi, menunggu harga lebih tinggi.
Pedagang di sejumlah pasar hewan di Probolinggo mengakui, pasokan sapi-sapi dari desa-desa terus berkurang. “Jumlah pasokan sapi dari desa-desa berkurang sejak sekitar dua minggu ini. Sisi lain, permintaan sapi semakin banyak,” ujar Sumali, pedagang sapi di Pasar Hewan Wonoasih, Kota Probolinggo, Jumat (7/9) pagi tadi.
Sumali menambahkan, biasanya setiap Sabtu, Pasar Hewan Wonoasih dijejali sekitar 5.000 sapi. “Sekarang ini setiap hari pasaran tinggal separonya,” ujarnya.
Karena pasokan sapi berkurang, harga hewan ternak itu pun melonjak hingga sekitar Rp 2 juta/ekor. Sumali mencontohkan, sapi ukuran sedang yang sebelumnya Rp 4,3 juta naik menjadi Rp 4,7 juta. “Nanti saya jual ke jagal Rp 5 juta, untung sedikit gak apa-apa, yang penting rejeki mengalir,” ujarnya.
Sugan, pedagang sapi lain di Pasar Hewan Wonoasih juga mengakui, tren kenaikan sapi potong menjelang Idul Adha. “Saat Lebaran (Idul Fitri, Red.) harga sapi sudah naik, apalagi saat Lebaran Besar (Idul Adha, Red.) jelas tambah naik,” ujarnya.
Di hari-hari biasa, khusus Kota Probolinggo, sekitar 10 ekor sapi disembelih. “Saat Lebaran lalu, sehari bisa 30 ekor sapi yang disembelih. Saat Hari Raya Qurban, ratusan sapi disembelih,” ujar Sugan.
“Kalau kebutuhan sapi banyak, ya jelas harganya ikut naik,” ujar Tamin, pedagang  sapi asal Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo. Dikatakan harga sapi terus naik sekitar Rp 1,5-2 juta/ekor menjelang Idul Adha.
Setiap dua minggu sekali, Tamin mengaku, bisa menghimpun sekitar 500 ekor sapi. Sapi-sapi itu kemudian dikirim ke luar kota di antaranya ke Jakarta. ”Sekarang agak susah mendapatkan 500 ekor sapi dalam dua minggu, soalnya pasokan sapi dari desa-desa berkurang,” ujarnya.
Tamin memprediksi harga sapi potong terus naik hingga Idul Adha. ”Tidak tahu lagi kalau pemerintah tiba-tiba mengimpor sapi potong dari Australia, bisa-bisa harga sapi langsung anjlok,” ujarnya.

Peternak Senang    
Kenaikan harga sapi potong disambut gembira para peternak di Probolinggo. ”Selama dua tahun harga sapi lokal tidak pernah naik. Kalau kemudian naik, ya peternak seperti saya senang,” ujar Rudi, peternak sapi di Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo.
Rudi mengaku, sudah blusukan di tiga pasar hewan di Kabupaten Probolinggo yakni, Pasar Maron, Pasar Leces, dan Pasar Banyuanyar. ”Harga sapi di tiga pasar hewan itu naik terus. Bahkan sapi anakan pun juga naik sekitar Rp 500-750 ribu per ekor,” ujarnya.
Pemilik 25 sapi jenis Peranakan Ongole (PO) itu juga mengaku, menyimpan dulu ternaknya. ”Nanti beberapa hari menjelang Idul Adha, saat harga sapi melambung, sapi-sapi saya jual,” ujarnya.
Naiknya harga sapi juga melegakan Hasan, peternak sapi di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. ”Saya senang harga sapi terus naik. Kalau harga sapi anjlok, peternak disuruh makan apa?” ujarnya.
Hasan mengaku punya pengalaman pahit ketika harga sapi lokal jeblok. Saat itu ia membeli beberapa ekor sapi seharga Rp 5 juta/ekor. Setelah dipelihara sekitar setahun, begitu dijual ternyata harganya Rp 4 juta/ekor.
Kini, Hasan sengaja tidak segera menjual 5 ekor sapinya karena menunggu harga puncak. ”Insya Allah, menjelang Idul Fitri, juga saat Hari Raya Qurban nanti harga sapi bisa mahal,” ujarnya.
Terdongkraknya harga sapi lokal dibenarkan Kepala Dinas Peternakan Kab. Probolinggo, Ir M. Zaini. “Hukum ekonomi, saat permintaan banyak, harga sapi naik,” ujarnya.
Kenaikan sapi lokal pun disambut gembira para peternak sapi di Probolinggo. Apalagi Probolinggo dikenal sebagai gudangnya sapi PO. ”Sapi lokal saja populasinya sekitar 134.000 ekor. Kalau secara keseluruhan termasuk sapi hasil inseminasi buatan (IB) dan sapi impor jenis limousin, simental, dan lain-lain sekitar 380.000 ekor,” ujarnya.
Setiap tahun, Kabupaten Probolinggo memasok 21.000 sapi PO ke Jakarta. Setiap hari, puluhan sapi potong dikirim dengan truk ke Jakarta.
Ditanya apakah tren kenaikan harga sapi ini akan terus berlanjut, Zaini mengatakan, tergantung kebijakan pemerintah pusat. ”Kalau tiba-tiba keran impor sapi hidup dari Australia dibuka terlalu besar, ya alamat harga sapi lokal bakal jeblok lagi,” ujarnya. isa
Read More..

Populasi Ternak Sapi Potong di Jatim Diprediksi Tembus 5 Juta Ekor

Surabaya - Jawa Timur terus berupaya menjadikan daerah swasembada sapi potong. Populasi ternak sapi potong di Jatim mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Dinas Peternakan Provinsi Jatim memprediksi, sapi potong selama 2012 populasi sebanyak 5 juta ekor.

"Sejak tahun 2009 populasi ternak sapi potong terus naik. Insya Allah tahun ini bisa menembus 5 juta ekor," kata Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Jatim, Maskur, Minggu (9/9/2012).

Data yang dihimpun dari Disnak Jatim, populasi sapi potong pada tahun 2009 mencapai 3.558.902 ekor. Tahun selanjutnya sebanyak 3.745.453 ekor dan tahun 2011 sebanyak 4.727.298 ekor. Sedangkan pada tahun ini hingga Juli sudah mencapai 4.872.124 ekor.

Salah satu program untuk memperbanyak populasi ternak sapi potong yakni dengan cara percepat perkawinan. Untuk mani dari 1 ekor sapi bisa dikawinkan hingga 10.000 ekor sapi. Bahkan, bisa memilih hasil dari perkawinan sapi itu, apakah menginginkan sapi betina atau jantan dengan cara teknis khusus.

"Efektivitasnya sangat bagus. Potensi kelahirannya juga bagus, sekitar 80 persen," tuturnya.

Ia berharap, Jawa Timur swasembada sapi potong. Bahkan siap 'mengekspor' ke daerah lainnya di Indonesia seperti ke Jawa Barat, Banten hingga Jakarta atau memenuhi kebutuhan sapi potong secara nasional sekitar 34 persen

Hampir semua daerah di Jatim berpotensi untuk pengembangan sapi potong seperti, Tuban, Lamongan, Gresik, Banyuwangi, Bangkalan, Sampang dan beberapa daerah lainnya.

"Populasi ternak sapi potong terbanyak di daerah Kabupaten Sumenep. Jumlahnya sekitar 296 ribu ekor, tak hanya terbanyak di Jawa Timur, tapi juga daerah terbanyak di Indonesia," jelasnya.

(roi/fat) 
Read More..

4 September 2012

Industri Mamin Krisis Stok Daging

JAKARTA - Meski Lebaran telah lewat, harga daging sapi masih tinggi di pasaran. Untuk menstabilkan harga kebutuhan yang satu ini, pemerintah memasok 7 ribu ton daging impor beku untuk semester II tahun ini.

"Kuota tambahan tersebut kemungkinan mulai datang pada bulan ini. Di harapkan industri tidak lagi kekurangan pasokan daging," kata Deddy Saleh, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Senin (3/9).

Tahun ini pemerintah menetapkan kuota impor daging sapi beku sebanyak 34.000 ton yang dibagi menjadi 20.400 ton pada semester I/2012 dan 13.600 ton pada semester II/2012. Namun, jatah semester II digeser ke semester I sebanyak 5.300 ton sehingga sisa kuota semester II hanya 8.300 ton .

Data Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menyebutkan, kebutuhan daging sapi beku bagi industri pengolahan daging mencapai 10.500-11.000 ton per semester. Namun, pada paruh kedua tahun ini, kuota impor daging sapi beku hanya tersisa 8.300 ton.

Tambahan impor daging berasal dari rekomendasi Kementerian Perindustrian. Mereka merekomendasikan impor daging jenis CL 85 sebanyak 7.000 ton kepada industri pengolahan. Penambahan impor daging itu hanya untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan, bukan untuk dijual di pasar.

Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRI), Satria Hamid mengatakan, terjadi penurunan pasokan daging sebanyak 20-30 persen. Kondisi itu memberatkan industri ritel. Kemungkinan ini merupakan dampak kebijakan pemerintah dalam membatasi impor daging, katanya dilansir kompas.  

Berdasarkan data Komite Daging Sapi Jakarta, harga daging sapi di tingkat ritel ataupun pasar tradisional berada di antara Rp 90.000 per kilogram dan Rp 95.000 per kg. Sementara di Surabaya, harga daging di kisaran Rp 67 ribu.

Sarman Simanjorang, Ketua Komite Daging Sapi Jakarta, mengatakan, harga daging sapi ini masih berpotensi naik. Apalagi, mendekati akhir tahun, pasokan daging tidak bertambah. Alhasil, pasokan daging pun menjadi terbatas. "Kalau impor daging sapi tidak segera terealisasi, harga daging berpotensi naik hingga tembus Rp 100.000 per kg," kata Sarman, Senin (3/9).

Saat ini, di pasar modern dan pasar tradisional, harga daging sapi mencapai Rp 95.000 per kg. Harga ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tahun lalu, harga daging sapi berada di antara Rp 60.000 per kg dan Rp 65.000 per kg. Kata Sarman, harga tersebut merupakan harga daging yang wajar atau normal

Masih Tinggi
Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Satria Hamid Ahmadi mengatakan, saat ini, harga daging sapi memang masih tinggi. "Harga daging di tingkat retail melonjak hingga 30 persen dari normal," ujar Satria.

Secara umum, harga daging tahun ini memang cukup tinggi. Sarman menyebutkan, harga daging sapi naik di atas angka wajar sejak Maret lalu ketika harga per kilogram berada di kisaran Rp 80.000 per kg. Saat Lebaran kemarin, harga tersebut melonjak hingga Rp 110.000 per kg. "Harga ini merupakan yang paling tinggi dalam lima tahun belakangan," ucap Sarman.

Penyebab melambungnya harga daging, menurut Sarman, karena pasokannya yang sedikit, sementara kebutuhan tak berkurang. Saat Idul Fitri bisa dijadikan contoh, kebutuhan daging sapi warga di seputar Jabodetabek mencapai 15.000 ton. Namun, pasokan tampaknya tidak sebanyak yang dibutuhkan.

Menurut Sarman, kondisi tersebut tidak bisa dipisahkan dari kebijakan pemerintah yang memangkas secara drastis kuota impor daging, yakni hanya 34.000 ton pada tahun 2012. Harga ini turun sekitar 66 persen dari kuota 2011 yang mencapai 100.000 ton. ktn
Read More..

Harga Daging Sapi Bisa Tembus Rp 100.000

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski Lebaran telah lewat, harga daging sapi masih tinggi. Berdasarkan data Komite Daging Sapi Jakarta, harga daging sapi di tingkat ritel ataupun pasar tradisional berada di antara Rp 90.000 per kilogram dan Rp 95.000 per kg.
Sarman Simanjorang, Ketua Komite Daging Sapi Jakarta, mengatakan, harga daging sapi ini masih berpotensi naik. Apalagi, mendekati akhir tahun, pasokan daging tidak bertambah. Alhasil, pasokan daging pun menjadi terbatas. "Kalau impor daging sapi tidak segera terealisasi, harga daging berpotensi naik hingga tembus Rp 100.000 per kg," kata Sarman, Senin (3/9/2012).
Saat ini, di pasar modern dan pasar tradisional, harga daging sapi mencapai Rp 95.000 per kg. Harga ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tahun lalu, harga daging sapi berada di antara Rp 60.000 per kg dan Rp 65.000 per kg. Kata Sarman, harga tersebut merupakan harga daging yang wajar atau normal
Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Satria Hamid Ahmadi mengatakan, saat ini, harga daging sapi memang masih tinggi. "Harga daging di tingkat retail melonjak hingga 30 persen dari normal," ujar Satria.
Secara umum, harga daging tahun ini memang cukup tinggi. Sarman menyebutkan, harga daging sapi naik di atas angka wajar sejak Maret lalu ketika harga per kilogram berada di kisaran Rp 80.000 per kg. Saat Lebaran kemarin, harga tersebut melonjak hingga Rp 110.000 per kg. "Harga ini merupakan yang paling tinggi dalam lima tahun belakangan," ucap Sarman.
Penyebab melambungnya harga daging, menurut Sarman, karena pasokannya yang sedikit, sementara kebutuhan tak berkurang. Saat Idul Fitri bisa dijadikan contoh, kebutuhan daging sapi warga di seputar Jabodetabek mencapai 15.000 ton. Namun, pasokan tampaknya tidak sebanyak yang dibutuhkan.
Menurut Sarman, kondisi tersebut tidak bisa dipisahkan dari kebijakan pemerintah yang memangkas secara drastis kuota impor daging, yakni hanya 34.000 ton pada tahun 2012. Harga ini turun sekitar 66 persen dari kuota 2011 yang mencapai 100.000 ton.
Untuk mencegah agar harga tidak terus meningkat, KDS berharap pemerintah segera menambah kuota impor daging sapi pada tahun ini. KDS mengusulkan penambahan sekitar 33.000 ton hingga akhir tahun ini. Impor ini terutama untuk kebutuhan hotel, restoran, dan katering.
Adapun untuk kebutuhan daging tahun depan, KDS mengusulkan kuota impor untuk daging sapi naik menjadi 85.000 ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 80 persen untuk warga di Jabodetabek.
Mengutip data Aprindo, kebutuhan daging sapi untuk industri mencapai 12.700 ton per tahun. Perincinannya: sebanyak 6.700 ton untuk mensuplai kebutuhan supermarket dan sebesar 6.500 ton untuk hypermarket.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo mengatakan, pihaknya telah menyampaikan permasalahan pasokan daging sapi tersebut kepada Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian. (Handoyo/Kontan)
Read More..

1 September 2012

Rumput Sulit Didapat, Harga Pakan Ternak Mahal


 
BLORA, suaramerdeka.com- Musim kemarau tak hanya berdampak pada susahnya warga Blora mendapatkan air bersih. Sebagian besar peternak sapi dan kambing juga mengalami kesulitan memperoleh pakan ternak seperti rumput maupun jerami.
Pasalnya rumput telah mengering, sedangkan jerami susah diperoleh lantaran sebagian besar petani tak lagi bercocok tanam padi seiring ketiadaan air irigasi.
Maka tidak mengherankan harga pakan ternak melambung. ‘’Seikat jerami kami jual Rp 10.000. Dulu Rp 7.500. Itu sudah tergolong cukup murah,’’ ujar Sarni, salah seorang penjual jerami di jalan Blora-Cepu di Desa Jiken Kecamatan Jiken, Sabtu (1/9).
Untuk mendapatkan pakan berupa jerami tersebut ia harus keluar Blora, diantaranya ke Ngawi, Bojonegoro Jawa Timur maupun ke Sragen. Bersama sejumlah rekannya ia urunan menyewa truk untuk mengangkut jerami dari Ngawi. ‘’Di sana harga jerami satu truknya sekitar Rp 300 ribu,’’ katanya.
Suradi salah seorang penjual jerami mengemukakan dengan modal satu juta lebih, ia kulakan jerami ke sejumlah daerah di Jatim. Biaya tersebut antara lain untuk sewa truk dan ongkos pekerja. Dalam satu rit pengangkutan truk, berisi sekitar 180 ikat jerami. ‘’Harga satu ikat jerami Rp 10.000 itu cukup stabil sebulan terakhir,’’ tuturnya.
Satu ikat jerami diperkirakan hanya cukup untuk pakan selama dua hari, itupun harus ditambah dengan pakan jenis lainnya. ‘’Biasanya harganya akan naik lagi jika kemarau terus berlangsung,’’ tandasnya.
Bagi sebagian pemilik sapi di Blora, datangnya musim kemarau telah diantisipasi dengan mengumpulkan jerami saat panen tiba sebelum kemarau. Tumpukan jerami ditempatkan di depan rumah maupun di sekitar kandang sapi. Meski begitu, lantaran musim kemarau sudah berlangsung cukup lama, stok jerami menjadi habis. Mereka pun terpaksa beli jerami.
‘’Biasanya kami ikut kulakan juga kalau punya uang. Tapi kalau tidak punya uang, terpaksa kami beli eceran di pinggir jalan. Harganya cukup mahal, tapi bagaimana lagi. Sapi kami butuh makan,’’ ujar Tarno, pemilik empat sapi di Desa Sambong Kecamatan Sambong Blora.
( Abdul Muiz / CN34 / JBSM )
Read More..

PT RNI Garap Bisnis Sapi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masih besarnya peluang berbisnis sapi menarik perhatian PT Rajawali Nusantara Indonesia. Hal inilah yang mengilhami BUMN yang berbisnis condom, gula dan kelapa sawit itu untuk melakukan MoU dengan PT Berdikari untuk mendatangkan sejumlah sapi bagi perseroan. 
Ismed Hasan Putro, Direktur Utama PT Rajawal Nusantara Indonesia, mengatakan, sapi ini memang menggiurkan karena kebutuhan sapi yang masih besar.
"Potensi kebutuhan daging sangat besar di indonesia atau sekitar 500.000 Kg per tahun, maka kita bisa penuhi sekitar 100.000 kg saja sudah bagus," katanya di Jakarta (14/08/2012)
Maka dari itu ia optimis bahwa pasar masih teramat luas dan masih banyak potensi yang bisa didapatkan melalui bisnis sapi ini.
"Nilai tambahnya besar dan kita gak pernah ngasih makan karena ditempatkan di lahan tebu dan kelapa sawit kita dan kita bisa buat pupuk dan susu melalui bisnis ini," jelasnya.   
Dengan kerjasama ini, ia berharap akan membawa 50.000 sapi di tahun pertama, 100.000 sapi di tahun kedua dan 150.000 sapi di tahun ketiga.
Nantinya sapi - sapi ini akan ditempatkan di sejumlah lahan perkebunan dan kelapa sawit milik anak perusahaan perseroan yang terletak di PG Subang, PT Mitra Kerinci, PG Jatitujuh dan PT Mitra Organ.
Ia mengatakan bahwa melalui MoU ini, RNI menganggarkan sekitar 500 miliar Rupiah selama tiga tahun. Tahun pertama 100 miliar rupiah, tahun kedua 300 miliar rupiah dan tahun ketiga sebanyak 100 miliar rupiah. Porsi pinjaman sebesar 70 persen dan sisanya berasal dari kas internal.
Namun, Ia tidak mengatakan mengenai besaran balik modal, hanya saja ia mengatakan bahwa bisnis sapi akan menaikan bisnis kelapa sawit dan tebunya.
"Kita akan dapat pupuk, dan pupuknya  bisa buat biodiesel untuk menggerakan listrik ini  potensi ini yang besar," ujarnya.(*)
Read More..