- PENYAKIT ANTRAX (RADANG LIMPA)
- Umumnya bersifat akut dan per-akut disertai infeksi menyeluruh
- Kematian mendadak
- Demam tinggi, gemetar, berjalan sempoyongan, kondisi lemah, ambruk
- Diare
- Peradangan pada Limpa
- Perdarahan berwarna hitam pekat seperti teer dari lubang–lubang kumlah (lubang hidung, lubang anus, pori-pori kulit)
- Kesulitan bernafas
- Antrax tipe kulit umumnya ditandai dengan lesi (semacam borok) yang khas dimulai dari bintil kecil berwarna merah, menimbulkan rasa gatal yang kemudian meluas dan terbentuk jaringan parut berwarna hitam.
- Pembengkakan kelenjar limfe regional.
- Infeksi menyeluruh dapat terjadi pada penyakit yang berlanjut Antrax tipe pernafasan umumnya diikuti dengan gejala sesak di daerah dada yang disertai dengan kebiruan dan umumnya diikuti kematian dalam waktu 24 jam.
- Antrax tipe abdominal ditandai dengan gejala demam, septikemia dan apabila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan kematian.
- Pengawasan yang ketat (tindakan karantina) dari daerah tertular ke daerah bebas
- Vaksinasi dengan vaksin spora avirulen secara teratur setiap tahun daerah wabah
- Isolasi hewan yang sakit atau diduga sakit dan isolasi daerah terjangkit penyakit
- Hindari memberi pakan rumput dengan akarnya
- Mengubur dan membakar bangkai ternak yang sakit atau diduga sakit
- Desinfeksi kandang dan lingkungan sekitar kandang
- Tidak melakukan kontak fisik dengan hewan tersangka penyakit antrax
- Penisillin G
- Oxytetracyclin atau Streptomycin
- Hewan yang menderita Antrax dilarang keras untuk dipotong.
- SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA (SE/NGOROK)
- Keluar air liur terus menerus
- Kesulitan bernafas (ngorok)
- Kondisi tubuh lemah dan lesu
- Suhu tubuh meningkat sampai diatas 41°C
- Tubuh gemetar
- Selaput lendir kemerahan
- Terdapat busung pada kepala, tenggorokan, leher bagian bawah sampai gelambir
- Pada bentuk dada terdapat tanda-tanda peradangan paru yang diikuti dengan keluarnya ingus dan kesulitan bernafas
- Pada kondisi kronis hewan menjadi kurus dan sering batuk, nafsu makan terganggu Petunjuk Praktis.
- Pada daerah bebas SE dilakukan karantina yang ketat terhadap pemasukan hewan ternak ke daerah tersebut.
- Bagi daerah tertular dilakukan vaksinasi terhadap ternak yang sehat dengan oil adjuvant setidaknya setahun sekali.
- Bangkai hewan yang sakit dibakar atau dikubur.
- Bersihkan kandang dengan disinfektan
- Pengobatan dilakukan dengan antibiotika Oxytetracyclin, Streptomycin atau Preparat sulfa (sulfamezathine).
- SURRA (TRYPANOSOMIASIS/Penyakit Mubeng)
- Gejala Umum meliputi demam, lesu, lemah, nafsu makan berkurang, lekas letih.
- Anemia, kurus, bulu rontok, busung daerah dagu dan anggota gerak dan akhirnya akan mati.
- Di daerah endemik ternak mungkin terkena infeksi tetapi tidak terlihat adanya gejala.
- Keluar getah radang dari hidung dan mata.
- Selaput lendir terlihat menguning.
- Jalan sempoyongan, kejang dan berputar-putar (mubeng) disebabkan karena parasitberada dalam cairan Cerebrospinal sehingga terjadi gangguan saraf.
- Pembasmian serangga penghisap darah dengan tindakan penyemprotan kandang dan ternak dengan Asuntol atau insektisida lain yang aman bagi ternak.
- Pembersihan tempat yang basah dan rimbun.
- Pengeringan tanah dan penertiban pembuangan kotoran dan sampah sisa makanan ternak.
- Pemotongan hewan yang sakit di malam hari untuk menghindari lalat.
- MALIGNANT CATHARRAL FEVER (MCF) atau Penyakit Ingusan
Kejadian penyakit akan lebih tinggi di daerah peternakan campuran antara sapi/kerbau dengan domba atau pada daerah padang penggembalaan dimana sapi, kerbau dan domba digembalakan secara bersamaan. Domba, kambing dan berbagai jenis ruminansia lain tidak memperlihatkan gejala klinis tetapi diperkirakan menyebarkan bibit penyakit pada saat melahirkan. Domba diduga sebagai pembawa penyakit. Virus mampu menerobos placenta menuju janin. Virus yang terbebas dari sel bergerak menuju hidung dan mata dari hewan perantara muda yang kemudian menderita infeksi segera setelah lahir. Induk semang akhir (hewan sehat) tertular dengan menghirup percikan udara dari anak tersebut atau melalui pakan yang tercemar.
Gejala Klinis yang dapat diamati
- Demam tinggi 40 – 41°C
- Keluarnya cairan dari hidung dan mata yang semula encer akhirnya menjadi kental dan mukopurulen.
- Peradangan mulut dan lepuhan di permukaan lidah sehingga air liur menetes.
- Moncong kering dan pecah-pecah terisi nanah.
- Hidung tersumbat kerak sehingga kesulitan bernafas.
- Kondisi badan menurun, lemah dan menjadi kurus.
- Kornea mata keruh dan keputihan, dalam keadaan yang serius dapat menyebabkan kebutaan.
- Kadang-kadang dapat terjadi radang kulit berupa penebalan dan pengelupasan kulit.
- Kadang-kadang terjadi sembelit yang diikuti oleh diare.
- Gejala kelainan saraf timbul akibat peradangan otak.
- Otot-otot menjadi gemetar, berjalan sempoyongan, torticolis dan bersifat agresif.
- Terjadi kelumpuhan sebelum mati.
- Kematian terjadi biasanya antara 4-13 hari setelah timbul gejala penyakit.
- Hindari penggembalaan secara bersama antara sapi, kerbau dan domba pada satu lokasi.
- Hindarkan pemasukan domba dari tempat lain karena domba adalah pembawa penyakit/carrier.
- Meningkatkan sanitasi lingkungan dan tata laksana pemeliharaan ternak.
- Pengobatan yang efektif belum ada.
- Umumnya hewan yang sudah sakit tidak bisa diobati.
- Usaha maksimal adalah pemberian antibiotik berspektrum luas untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
- SCABIES (Budug, Manga, Kudis Menular)
Gejala Klinis yang dapat diamati
- Hewan menggosok-gosokkan badan pada dinding kandang serta menggigit-gigit bagian tubuh yang terserang penyakit sehingga terjadi luka-luka dan lecet.
- Lepuh-lepuh bernanah pada kulit.
- Kerak pada permukaan kulit berwarna keabuan.
- Kerontokan bulu.
- Penebalan dan kekakuan kulit dapat lokal sampai meluas.
- Letakkan kandang jauh dari tempat tinggal.
- Sanitasi dan ventilasi kandang yang baik.
- Pisahkan hewan sakit dengan hewan sehat.
- Menghindari kontak langsung dengan ternak sakit.
- Minyak kelapa yang dicampur serbuk belerang dan kunyit dicampur dan dipanaskan, selanjutnya digosokkan pada kulit yang sakit selagi hangat.
- Air tembakau.
- Serbuk kamper atau kapur barus dicampur dengan minyak kelapa.
- Ternak yang sakit dapat dipotong dan dikonsumsi dibawah pengawasan dokter hewan. Kulit yang mengandung Tungau segera dimusnahkan.
- BOVINE EPHEMERAL FEVER (BEF / Demam Tiga Hari)
Gejala Klinis
- Demam, lesu
- Kekakuan anggota gerak sampai pincang
- Kelemahan anggota gerak sampai tidak sanggup berdiri.
- Keluar liur yang berlebihan
- Sesak nafas
- Gemetar
- Keluar sedikit cairan dari mata dan hidung.
- Pada sapi menyusui, produksi air susu turun atau terhenti sama sekali
7. HELMINTHIASIS (Cacingan)
Contohnya penggunaan beberapa jenis tanaman yang tumbuh di sekitar area yang dapat digunakan sebagai obat cacing :
- Buah pinang digongseng (goreng tanpa minyak) kemudian ditumbuk halus 1 sendok makan dicampur air 1 cangkir kemudian diberikan kepada ternak. Buah atau daun nenas diberikan kepada ternak sekitar 600 mg/kg BB setelah sebelumnya dibersihkan durinya.
- Buah atau daun nenas ini lebih efektif untuk cacing nematoda. Tetapi harus diingat pemberian daun atau buah nenas tidak boleh pada ternak yang sedang bunting.
- Bawang putih yang biasa digunakan untuk memasak didapur juga mempunyai khasiat anti-cacing yang sangat efektif, terutama untuk melawan infestasi cacing Ascaris sp, Enterobius dan semua jenis cacing paru-paru. Keuntungan lain dari bawang putih adalah adanya kandungan antibiotika alami yang sangat aman dan tidak meninggalkan residu di sapi, antibiotika ini akan berperan sebagai ”growth promotor” pada laju pertumbuhan sapi. Pada pengobatan sapi-sapi muda penggunaan bawang putih sangat disarankan karena tidak pernah ditemukan efek samping yang merugikan
- Perhatikan kondisi lingkungan, daerah penggembalaan dan kandang, hindari tanah yang lembab dan basah atau banyak kubangan.
- Lakukan penggembalaan bergilir, jangan menggunakan padang penggembalaan secara terus menerus.
- Jagalah kandang tetap bersih terutama dari sisa pakan, bila ada sisa pakan segera jauhkan dari kandang atau dibuat kompos.
- Segera lakukan pengobatan bila ada sapi yang menunjukkan gejala cacingan.